Senin, 21 Maret 2011

Sejarah Museum Kretek Kudus

   Benda-benda kuno yang ada hubungannya dengan industri rokok, perlu kita ketahui apa penyebab museum kretek ini didirikan di tengah-tengah masyarakat Kudus yang pernah mengalami masa kejayaan, sehingga kota Kudus dijuluki sebagai Kota Kretek. Setelah kita ketahui mengenai peristiwa-peristiwa tentang penemuan rokok kretek, museum kretek ini merupakan perwujudan dari kota Kudus sebagai kota kretek sekaligus sebagai objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
   Museum Kretek didirikan atas prakarsa dari Bapak Soepardjo Roestam sewaktu beliau menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Prakarsa itu timbul sewaktu beliau berkunjung ke kota Kudus pada tahun 1980 dan melihat secara langsung bahwa potensi yang dimiliki oleh perusahaan rokok Kudus sangat besar konstribusinya dalam menggerakkan perekonomian daerah. Potensi  ini dilihat oleh  Bapak  Soepardjo Roestam, bukan dari segi  penghasilan  tenaga kerja dan sumbangan sosial yang didapat oleh  negara dari pita cukai rokok, melainkan juga dari segi tenaga kerja dan sumbangan sosial yang dikeluarkan perusahaan rokok sangatlah besar sekali bagi masyarakat dan sekitarnya.
   Disamping potensi yang dihasilkan, juga faktor historis yang tidak dapat lepas dari nama kota Kudus sendiri, yaitu tentang kelahiran rokok kretek yang ditemukan oleh masyarakat Kudus asli. Tidak semua orang tahu bahwa rokok kretek tercipta sebagai obat penyakit saluran pernafasan seperti sakit tenggorokan dan asma. Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan H. Djamari pada kurun waktu sekitar tahun 1870-1880an. Awalnya, penduduk asli kudus ini merasa sakit pada bagian dada, lalu ia mengoleskan minyak cengkeh, dan akhirnya sakitnya reda. H. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok. Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. H. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, H. Djamari merasa sakitnya hilang. Ia memberitahukan penemuannya ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini menyebar cepat. Permintaan rokok obat ini pun mengalir. H. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi kemeretek, maka rokok temuan H. Djamari ini dikenal dengan rokok kretek. Awalnya rokok kretek dibungkus dengan klobot atau daun jagung kering. Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri dari 10 , tanpa selubung kemasan sama sekali. Rokok kretek kian dikenal, namun tak begitu dengan penemunya. H. Djamari diketahui meninggal pada tahun 1890. Hanya temuannya itu yang masih terus berkembang. Sepuluh tahun kemudian, penemuan H. Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di kota Kudus.
   Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada tahun , dan pada tahun 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek Tjap Bal Tiga.Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia Beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelum H. Djamari dan Nitisemito merintisnya. tercatat dalam kisah Roro Mendut karya Ajib Rosidi, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan Agung menjual rokok klobot (rokok kretek dengan bungkus daun jangung kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.
   Sekitar tahun 2002, perkembangan rokok di Kudus sangat pesat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya perusahaan rokok besar maupun kecil. Yang paling besar adalah PR. Djarum  yang didirikan pada tahun 1951, kemudian PR. Nojorono yang didirikan pada tahun 1932, disusul PR.Sukun pada tahun 1948 dan PR. Jambu Bol yang didirikan pada tahun 1937. Setelah melihat potensi perkembangan perusahaan rokok yang semakin besar tersebut,Bapak Soepardjo Roestam mengimbau pada sejumlah perusahaan rokok kretek yang sudah maju untuk melestarikan budaya bangsa. Akhirnya pada tahun 1983 para pengusaha yang tergabung dalam PPRK (Persatuan Perusahaan Rokok Kretek Kudus) sepakat untuk melestarikan budaya dalam peradaban manusia pada masa lampau mengenai sejarah perkembangan rokok kretek melalui pendirian museum kretek, maka mulai tanggal 11 Desember 1984, PPRK dan pemerintah daerah melalui pembangunan tersebut dengan peletakan batu pertama oleh Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kudus yang pada masa itu masih dijabat oleh Bapak Hartono. Sehingga pada tahun 1986 selesailah sudah pembangunan museum kretek yang terletak di kota Kudus, tepatnya di desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, dan museum tersebut diresmikan penggunaannya oleh Menteri Dalam Negeri, Bapak Soepardjo Roestam pada tanggal 3 Oktober 1986. Dalam pembangunan museum kretek, tentu tidak dapat lepas dari tokoh-tokoh pendiri Museum Kretek.
   Berikut adalah nama-nama tokoh pendiri Museum Kretek Kudus : Soepardjo Roestam, Isma’il, Bambang Hartono, Budi Santoso, Budi Hartono, Quey Way, Drs. Pamuji, Sie Hieng Swie, H. Nawawi, H. Tas’an, dan Drs. H. Jufan.
   Adapun tujuan didirikannya Museum Kretek Kudus adalah : a) Untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah, khususnya yang berhubungan dengan sejarah perkembangan rokok kretek; b) Untuk memupuk jiwa wiraswasta di kalangan generasi muda Kudus, agar semangat wiraswasta yang dimiliki oleh tokoh pendiri perusahaan rokok terdahulu dapat mencabuk generasi muda Kudus dan sekitarnya; c) Sebagai informasi tentang sejarah dan perkembangan rokok di Kudus pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Terima Kasih . . . 

Tidak ada komentar: